Mengapa Saya Harus Menulis???
04.01
Setiap
melakukan suatu kegiatan pasti akan muncul sebuah pertanyaan mengapa. Mengapa
saya harus melakukan hal demikian? Karena pada dasarnya setiap kegiatan yang kita
lakukan memiliki tujuan(niat) dan motivasi yang mendorong kita melakukan hal
tersebut. Setiap orang memiliki alasan dan motivasi yang berbeda-beda dalam
melakukan suatu kegiatan, meskipun kegiatan yang dilakukan sama. Begitupun
dengan menulis. Setiap orang memiliki alasan yang bervariasi dalam menulis. Ada
yang ingin menulis karena ingin terkenal, menulis karena hobi, menulis untuk
mendapatkan financial, dan lain sebagainya. Tak terkecuali dengan saya pribadi.
Saya juga memiliki alasan tersendiri kenapa harus menulis.
Sebelum
berbicara tentang mengapa saya harus menulis, maka terlebih dahulu saya akan
menceritakan cikal bakal dari keinginan menulis itu muncul. Keinginan untuk
menulis atau menjadi penulis sudah mulai muncul ketika duduk di bangku Sekolah
Dasar. Waktu itu, Hasfi kecil yang masih polos dan unyu (Sampai sekarang juga
masih unyu, hehee) berkeinginan untuk membuat sebuah cerita. Akan tetapi,
karena kepolosan dan ketidaktahuan, saya mengira bahwa menjadi seorang penulis
harus rajin mencatat atau membuat catatan sekolah dalam sebuah buku. Padahal
saya termasuk tipe orang yang malas menulis untuk membuat catatan disekolah dan
bahkan kemalasan itu masing berkembang hingga duduk di bangku kuliah
(Peringatan : Adegan ini tidak untuk dicontoh). Hingga akhirnya, saya memtuskan
untuk mengubur dalam-dalam mimpi dan keinginan itu.
Seiring
berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, saya yang beranjak tumbuh
menjadi seorang remaja mulai menyadari bagaimana proses menulis itu. Dengan
demikian, saat berseragam putih abu-abu, mimpi itu terkuak kembali ke permukaan
dan tumbuh subur hingga sekarang. Keinginan untuk menerbitkan sebuah buku
semakin menjadi-jadi ketika saya banyak membaca novel. “Jika mereka bisa, maka
saya pun pasti bisa!” Begitulah tekad dan niat saya dulu. Akan tetapi niat dan
motivasi menulis yang dulu dan sekarang berbeda. Dulu, alasan saya menulis
adalah untuk terkenal seperti penulis-penulis yang telah menerbitkan novel. Tak
munafik, alasan menulis juga karena uang. Namun, lambat laun niat dan motivasi itu
mulai berubah ketika menginjakkan kaki di Kampus Coklat (Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri), Universitas Mataram.
Semuanya
berawal dari seorang mentor Halaqah yang bercerita tentang seorang pemuda atau
tokoh inspiratif yang dikenal dengan julukan “Sang Pedang Malam”. Dalam usia
muda, pemuda tersebut berhasil menaklukkan sebuah kota yang berpuluh-puluh
bahkan beratus-ratusan tahun tidak berhasil ditaklukkan oleh Umat Islam kala
itu. Kota itu adalah Kota Konstantinopel yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW
dalam salah satu hadistnya. Pemuda itu adalah Muhammad Al-Fatih. Lalu yang
menjadi pertanyaannya setelah membaca kisah itu adalah diusia yang semakin
bertambah ini, apa yang telah saya berikan untuk keluarga, untuk Indonesia atau
bahkan untuk Agama yang saya banggakan ini. Jawabannya nihil alias kosong.
Rasa
penasaran yang menggebu-gebu tentang si Pedang Malam ini, mengantarkan saya
untuk berkenalan dengan Ustad Felix. Lebih tepatnya berkenalan melalui bukunya
yang berjudul “Yuk Berhijab”. Berawal dari buku ini, hingga akhirnya pada
tanggal 05 November 2015 saya memutuskan untuk menjadi ABG (Akhwat Berjilbab
Gede) dan semoga tetap menjadi ABG sampai akhir hayat. Aminn Ya Rabb.
Saya
benar-benar merasakan bagaimana sebuah tulisan dapat mempengaruhi seseorang. Berawal
dari pengalaman pribadi yang menjadi korban dari sebuah buku, akhirnya saya
bertekad untuk melakukan hal yang sama, yakni mempengaruhi seseorang melalui
sebuah tulisan. Tentu saja, pengaruh yang menuju kearah kebaikan. Semenjak
mengenal jalan dakwah yang saat ini sedang dan insya Allah akan selalu saya
tapaki, motivasi dan alasan menulis saya mulai berubah.
Saya
mulai menyadari bahwa menulis bukan hanya sekedar merangkai sebuah kata, bukan
hanya sekedar alasan untuk mencari ketenaran, financial atau yang lainnya. Akan
tetapi, menulis lebih dari itu karena bagi saya menulis bisa menjadi amal
jariyah bagi sang penulis jika tulisan itu membawa kebaikan. Menulis dan
merangkai sebuah kata demi kata menjadi sebuah tulisan diatas selembar kertas
sama saja bahwa kita sedang merangkai sejarah untuk diri sendiri dan orang
lain. Karena menulis adalah untuk meninggalkan jejak, jejak yang menjadi menjadi pertanda bahwa saya pernah hidup di
muka bumi ini dengan meninggalkan jejak kebaikan dan bukan sebaliknya. Pramoedy
Ananta Toer mengatakan “Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama Ia
tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”
Oleh
karenanya, Alasan mengapa saya harus menulis adalah karena ingin berdakwah. Mungkin
saya tidak bisa berdakwah selayaknya ustadzah kondang yang biasa kita lihat di televisi.
Tetapi melalui tulisan saya masih bisa berdakwah dan menyampaikan pesan moral
yang ingin saya sampaikan. Menurut saya pribadi, berdakwah melalui tulisan
adalah salah satu sarana yang efektif. Karena seperti yang sama-sama kita
ketahui, jarang sekali anak-anak muda yang ingin menghadiri majelis ilmu
(Kajian Islam). Sehingga melalui sebuah tulisan khususnya dalam bentuk kisah,
kita bisa masuk ke tengah-tengah mereka untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai moral
melalui kisah tersebut. Melalui tulisan atau kisah yang saya tulis, berharap
tulisan tersebut akan memberikan pengaruh kepada para pembaca untuk melakukan
perubahan yangn lebih baik. Bukan hanya berpengaruh untuk orang lain, namun
terlebih berpengaruh bagi saya pribadi.
Hal
ini bisa kita analogikan dengan proses mencuci pakaian. Ketika mencuci, tak
pernah terbesit di dalam pikiran untuk mencuci atau membersihkan tangan yang
kita gunakan untuk mencuci. Namun tanpa sadar ketika kita mencuci pakaian,
maka tangan kita pun ikut bersih dari noda. Hal ini juga sama dengan menulis
dan berdakwah. Ketika kita ingin mempengaruhi orang lain, maka tulisan itu pun
tanpa sadar akan mempengaruhi kita pribadi. Intinya, menulis untuk saling
berbagi pengalaman dengan yang lain, untuk saling mengingatkan, untuk saling
menguatkan, untuk saling bersilaturrahmi dengan saudara kita diluar sana dan
tentunya untuk menjaga Islam dan Indonesia tercinta.
Imam
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Ilmu yang
hanya disimpan dalam otak pemiliknya saja tanpa menulis akan berakhir setelah kematian
sang pemilik ilmu. Akan tetapi, ilmu yang diikat dalam bentuk sebuah tulisan
(buku), Ia akan tetap bermanfaat dan abadi bahkan setelah pemilik ilmu itu
sendiri telah tiada.
Jadi,
kenapa harus menulis? Karena menulis memberikan manfaat kepada orang banyak
sehingga melalui tulisan itu, sedikit banyak kita bisa memperbaiki keadaan.
Walaupun mungkin kita tidak terlalu banyak mengubah keadaan. Tapi setidaknya
kita sudah berusaha melakukan suatu usaha untuk memperbaiki keadaan. Ketimbang hanya
istighfar dan berdiam diri ketika melihat suatu kemaksiatan. So, Menulislah dengan
hati dan jujur serta peka terhadap sekeliling. Menulislah untuk menciptakan
sejarah gemilang untuk diri sendiri dan untuk kesejahteraan umat. Mari menulis
untuk memberi perubahan menuju perubahan yang lebih baik.
Semangat
menulis dan semangat bermanfaat bagi orang lain!

0 komentar